
“Bukan hustle culture ini, tapi kerja keras!”
“Lebih banyak kerja lebih bagus!”
“Aduh, kalau aku berhenti kerja buat istirahat nanti aku nggak sukses.”
“Semuanya harus selesai sekarang juga!”
Gitu terus deh girls, kerja keras bagai kuda jadinya. Padahal kuda aja punya waktu istirahatnya sendiri! Kalau kebiasaan seperti itu terus dilanjutkan, berarti kamu udah terjebak di budaya yang namanya hustle culture loh.
Apa yang dimaksud dari hustle culture?
Mudahnya, hustle culture adalah budaya dimana seseorang meyakini bahwa semakin banyak dia bekerja, maka hasilnya akan semakin baik. Namun di kondisi ini, seseorang yang terjebak dalam budaya hustle culture cenderung tidak memperhatikan kapan waktu istirahat dan kapan waktu untuk bekerja.
Perasaan justru akan gelisah tiap kali gak kerja! Nggak ada waktu buat istirahat, buat liburan, atau bahkan buat quality time sama orang-orang tersayang. Bukannya dapat hasil yang baik, akhirnya malah burn out deh.
Apa ciri-ciri dari hustle culture?
Kamu membuat target yang nggak realistis
Menyusun target untuk setiap pekerjaan memang bagus guna menjaga kita agar tetap keep in track. Tapi, setiap kita menentukan target, harus dipertimbangkan dari semua aspek bukan? Kamu nggak harus menyelesaikan semuanya dalam satu waktu kok. kalau kata pepatah, pelan-pelan yang penting sampai dengan selamat. Bisa dimulai dengan membuat list prioritas kamu, yang mana yang harus kamu kerjakan dengan segera? Yang mana yang bisa dikerjakan secara berkala? Yang mana yang urgent dan yang tidak? Jangan lupa, luangkan waktu khusus untuk diri kamu ya girls!
Kamu ‘mengekploitasi’ dirimu sendiri
Kalau kamu udah terjebak di budaya hustle culture ini, secara nggak sadar kamu mengeksploitasi tenaga, pikiran, dan juga perasaan kamu secara terus-menerus. Bahkan, kamu nggak bisa bilang ‘tidak’ ke diri kamu sendiri. Ibarat mesin yang dipakai tanpa henti aja bisa rusak, apalagi kamu? Diri kamu yang memaksakan untuk terus bekerja, padahal jiwa dan raga butuh waktu rehat. Kamu manusia biasa yang nggak sempurna, and nobody perfect anyway? And it’s okay!
Merasa bersalah atas waktu istirahat kamu
Nah ini, kamu nggak pernah merasa layak untuk istirahat walau udah bekerja keras dan memberikan yang terbaik. Pemikiran buruk dimana kamu merasa waktumu akan jauh lebih baik dipakai untuk bekerja dibandingkan digunakan untuk istirahat itu nggak baik ya, girls! Menyeimbangkan waktu bekerja dan waktu untuk dirimu sendiri itu sangat penting. Karena diri kamu butuh ‘dirimu’ juga
Pikiran kamu jalan terus
Misal kamu sudah mencoba untuk meluangkan waktu untuk istirahat, tapi isi kepalamu masih terus berisik tentang pekerjaan, itu udah jelas kamu berada dalam budaya hustle culture. Itu terjadi karena diri kamu yang kian enggan dan merasa nggak pantas buat take a break even only for a minute. Konsepnya bahkan, kamu nggak akan berhenti cuma karena kamu lelah, kamu akan berhenti hanya jika seluruh pekerjaan kamu selesai.
Kalau nunggu selesai sih, kayaknya nggak bakal pernah selesai ya?
Kamu sadar, tapi nggak mau berubah!
Ini yang paling parah, karena sebenarnya kamu sadar akan habit yang kamu jalani, namun enggan untuk melakukan perubahan. Kenapa? Karena mindset yang sudah tertanam pada diri kamu, dimana semakin lama kamu bekerja maka kamu akan ‘sukses’ lebih cepat hingga mengabaikan hal-hal lain yang tidak memiliki kaitan dengan pekerjaan.
Apa dampak dari hustle culture?
Burnout bekerpanjangan
Akibat dari kamu menekan diri kamu secara intens, sampai nanti kamu benar-benar menemukan titik jenuh, akhirnya kamu mengalami burnout yang cukup panjang. Ibarat kendaraan yang kehabisan bahan bakar dengan mesin yang terlalu panas hingga mogok, itu yang kamu rasakan. Lelah secara fisik dan mental diakibatkan workflow kamu yang sangat padat dan ‘tidak teratur’.
Kamu rentan sakit!
Entah sakit terhadap fisik atau bahkan mental kamu. Tubuh kamu sudah mencapai batas yang bisa ditolerir. Kualitas tidur buruk, jadwal makan yang tidak teratur, asupan gizi yang berantakan ditambah dengan kurangnya interaksi sosial, sedikitnya waktu untuk refreshing, sudah jadi paket lengkap menunggu di belakang deh!
Kalau sekiranya kamu sudah merasa terjebak pada budaya kerja hustle culture ini, kamu bisa coba mulai untuk merefeksi diri kamu sendiri ya! Tanyakan pada dirimu sendiri, sebenarnya apa yang kamu tuju selama ini?